Fotosensitiser
merupakan kesatuan senyawa kimia yang mampu menyerap cahaya yang menginduksi
perubahan fisika dan kimia dari senyawa kimia yang lain (Berg et al. 2005). Fotosensitiser yang baik
adalah menyerap foton secara efisien, memiliki energi kuantum yang tinggi pada
bentuk triplet dan tingkat energi triplet harus memiliki waktu hidup cukup lama
untuk tetap bereaksi dengan molekul target. Biasanya senyawa yang membentuk tingkat
energi triplet mampu menghasilkan spesies oksigen reaktif adalah yang memiliki
struktur trisiklik, heterosiklik atau struktur cincin porphirin yang memiliki
ikatan rangkap terkonjugasi (sistem elektron pi).
Kebanyakan
fotosensitiser yang digunakan dalam terapi fotodinamika memiliki struktur
tetrapirol makrosiklik (Dolmans et al.
2003). Porfin terdiri dari empat sub unit cincin pirol yang terikat bersama
pada jembatan metana (Gambar 1).
Gambar 1 Struktur porfin dan turunannya (Berg et al. 2005)
Tetrapirol
dialam biasanya membentuk pigmen, yang banyak digunakan dalam proses biologis.
Tetrapirol tersebut tidak mampu untuk menginduksi reaksi fotokimia atau
fotobiofisik dalam senyawa lain atau cepat padam dalam lingkungan normalnya,
seperti halnya klorofil. Pada tetrapirol alam terdapat sebuah ion ligan yang
terkoordinasi dibagian tengah senyawa, yang memiliki sifat elektronik dan
berpotensi untuk fotosititoksik dari porfin. Dengan menghilangkan ion logam,
fotosensitiser menjadi lebih efisien atau sifat fluoresensi menjadi lebih baik.
Degan demikian kebanyakan fotosensitiser yang efisien didasarkan pada struktur
yang tidak mengikat ion logam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar