Jumat, 22 Februari 2013

FOTOSENSITISER


Fotosensitiser merupakan kesatuan senyawa kimia yang mampu menyerap cahaya yang menginduksi perubahan fisika dan kimia dari senyawa kimia yang lain (Berg et al. 2005). Fotosensitiser yang baik adalah menyerap foton secara efisien, memiliki energi kuantum yang tinggi pada bentuk triplet dan tingkat energi triplet harus memiliki waktu hidup cukup lama untuk tetap bereaksi dengan molekul target. Biasanya senyawa yang membentuk tingkat energi triplet mampu menghasilkan spesies oksigen reaktif adalah yang memiliki struktur trisiklik, heterosiklik atau struktur cincin porphirin yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi (sistem elektron pi).
Kebanyakan fotosensitiser yang digunakan dalam terapi fotodinamika memiliki struktur tetrapirol makrosiklik (Dolmans et al. 2003). Porfin terdiri dari empat sub unit cincin pirol yang terikat bersama pada jembatan metana      (Gambar 1).


naftalosianin
 

ftalosianin
 

bakterioklorin
 

klorin
 

porfirin
 
Gambar 1 Struktur  porfin dan turunannya (Berg et al. 2005)
Tetrapirol dialam biasanya membentuk pigmen, yang banyak digunakan dalam proses biologis. Tetrapirol tersebut tidak mampu untuk menginduksi reaksi fotokimia atau fotobiofisik dalam senyawa lain atau cepat padam dalam lingkungan normalnya, seperti halnya klorofil. Pada tetrapirol alam terdapat sebuah ion ligan yang terkoordinasi dibagian tengah senyawa, yang memiliki sifat elektronik dan berpotensi untuk fotosititoksik dari porfin. Dengan menghilangkan ion logam, fotosensitiser menjadi lebih efisien atau sifat fluoresensi menjadi lebih baik. Degan demikian kebanyakan fotosensitiser yang efisien didasarkan pada struktur yang tidak mengikat ion logam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar